Kembali Pada 'Khittah' Pembelajaran

>> Senin, September 08, 2008

Berbagai persoalan akhir-akhir ini ‘agak’ mengendurkan semangat pacuan belajar yang selama ini tertempuh. Saya tersadar bahwa saya tak sepenuhnya harus menyelesaikannya dengan menyerah pasrah pada keadaan. ‘Mati dalam senyap’ jangan sampai saya jadikan keputusan. Saya harus merevitalisasi kondisi saya dengan segera. Tersebab banyaknya tanggungjawab saya terhadap orangtua yang belum saya penuhi.


Beruntung, walaupun saya tak sempat mencurahkan kepada siapapun, Tuhan mengijinkan saya menggapai ‘semangat pembelajaran’ itu setitik demi setitik. Berawal dari muhasabah diri, saya menemukan fakta ‘kekurangan’ yang saya miliki itu. Sebenarnya, ‘kekurangan’ ini sudah saya sadari sedari awal. Saya tak akan berapologi. Terlebih masukan yang ‘disampaikan’ beberapa waktu lalu adalah batu pijakan kebaikan pada diri. Why not?

Enam purnama lewat, ketika menghadapi persoalan yang ‘mirip’, saya akhiri dengan penyelesaian ‘unik’. Pesan Bapaklah yang kembali menarik saya untuk meningkatkan diri, “Jangan minder, kecil hati, kecewa, putus asa karena kegagalan, pernah jatuh, pernah bersalah, pernah berdosa, lemah, dan cacat kodrat. Untuk melangkah maju, benar, bermanfaat, dan bersyariat. Ingat! Hidup atau umur itu amanat!

Setahun lalu seorang kawan pernah berpesan, “Kalau saya pribadi, saya tak akan pernah peduli dengan apa yang orang omongkan tentang saya. Saya justru takut dengan apa yang terjadi dengan diri saya. Sudah benar belum saya berbuat begini? Sudah ikhlas belum? Kalau ini saja diri saya sudah merasa terganggu, saya seolah tidak menjadi diri saya yang sebenarnya.” “Bijak,” pikir saya kemudian.

Kembali kepada nasehat kawan saya tersebut, sedari awal ketika saya bersahabat, saya tak berpikir untuk to take. Saya ingin membantu sahabat saya berubah kalau perubahan itu benar-benar diinginkannya. Sang Bapak juga pernah berpesan, “to give, to give, to give, and to take” Tuhan, hamba mohon ampunan kalau niat tulus saya ini agak meleset dari linier yang seharusnya saya tempuh.

Kini, setelah semua terjadi, ‘kembali kepada khittah pembelajaran yang seharusnya’ adalah satu-satunya solusi tepat. Sama dengan menyelesaikan persoalan enam purnama silam. Saya tak boleh berhenti belajar. Seandainya diri saya adalah kumpulan organ yang terorganisir, otak saya akan memerintahkan nurani untuk mengadakan acara perploncoan atau reorientasi pada seluruh organ tubuh ini. Tuhan, berikan hamba kekuatan![]

.: Idem itu akan selalu ada. Bagaimana dengan Idem Anda?

0 komentar:

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP