Andai Takdir Berbisik
>> Kamis, Agustus 21, 2008
Plo…..k Sebuah benda terjatuh dari saku celana seorang pria ketika masuk sebuah tramco. Secepat kilat aku ambil benda itu. “Ups, gila. HP man,” gumamku. “Ya Ammu, ya ammu……”seruku sambil tetap berusaha mengejar tramco yang sudah terlampau jauh jaraknya dariku. Aku semakin bertanya-tanya tentang pemilik HP itu. Tanpa sengaja, inbox yang lupa ditutup oleh pemiliknya itu kubaca: MAS, AKU RINDU. MAS SEHAT KAN?"
Astaghfirullaha-l-‘adhiem. Apa yang tlah kulakukan? Ini kan aib orang. Aku tak tahu harus mencari ke mana pemilik HP itu. Akhirnya, aku coba miscall ke HPku siapa tahu kudapatkan nama sang pemilik di situ. Oh, God. Tidaaaaaaak. Ternyata si empu HP adalah Ustadz Yusron, sosok yang sangat kukagumi selama ini, seorang murobby sejati yang mampu membawaku menuju perubahan haqiqy. Ternyata aku tlah tertipu oleh wajahnya yang sejuk memancarkan cahaya-cahaya keimanan dan sinar-sinar kedamaian yang mampu meluluhlantakkan egoku. Sekarang, tinggal satu anggapanku padanya; KAMU PENIPU. Perhatian yang tertumpahkan dan nasehat yang selalu tercurahkan dari lisan laki-laki itu hanyalah kepalsuan.
Setibanya di rumah, fikiranku melayang tak tentu arah. Semua perasaan campur aduk. Malu, benci, dan sedih kuasai diri. Teringat selalu di benakku, masa-masa awal kedekatanku dengannya. Semula, kedatanganku ke bumi kinanah ini hanyalah untuk menghilangkan identitas sebagai seorang anak Kyai. Ya, ketika itu aku sudah muak dengan title anak Kyai yang selalu melekat pada diriku. Baju seksi dipadu dengan jeans ketat lengkap dengan jilbab gaulnya menjadi model favoritku saat itu. Berbagai pengajian yang ditawarkan Uni Ida –kakak seniorku- kutolak dengan berbagai alasan tak masuk akal. Hukum syar’i tentang ikhtilath laki-laki dan wanita sering kulanggar dengan dalih sudah nggak jamannya lagi.
---000---
"Dalam da'wahnya, Nabi Muhammad mengajak kita untuk selalu berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan sunnahnya. Al-Qur'an dengan bahasanya yang tersurat dan tersirat mampu meruntuhkan tembok-tembok kemungkaran, mampu menghancurkan tebing-tebing kebodohan dan mampu membawa pembacanya ke tempat yang diridloi Allah yaitu di surga. Teman-teman mau di surga kan?" tanya penceramah itu.
"Mau" jawab hadirin secara serentak.
"Gimana mau surga, kalau tiap hari di warnet saja. Gimana mau hidup di tempat yang nyaman, kalau kerjaannya cuma pacaran, tul nggak, saudara-saudara?" tanyanya kemudian. "betul" jawab para hadirin. Ceramah menarik yang terpaksa kuhadiri hanya untuk menunggu seorang Uni Ida menjadi pertemuan awalku dengan Ustadz Yusron. Wajah tampan dengan ilmu yang dimilikinya mampu membius relung hatiku yang sangat dalam. “Ini dia laki-laki perfect yang aku cari” fikirku ketika itu.
Sejak pengajian itu, aku berusaha mengorek info tentang Ustadz Yusron. Pengajian-pengajiannya selalu kuhadiri, tulisan-tulisannya di berbagai buletin senantiasa kubaca, bahkan gaya pidatonya selalu kuikuti. Baju seksi dan jeans ketat aku biarkan tersusun rapi di almariku. Style bajuku berubah menjadi gamis dengan jilbab khas Annida. Ya, aku harus berubah. ‘Kalau aku ingin mendapatkan laki-laki itu, aku harus berubah’ itulah tujuanku.
Masih terngiang-ngiang selalu nasehatnya padaku ketika Uni Ida membawaku ke FORMASI, yaitu lembaga bimbingan dan konseling mahasiswa Mesir yang ditangani oleh Ustadz Yusron. "Dalam hidup, kita dituntut untuk menerima kenyataan yang harus kita hadapi. Termasuk kenyataan pahit untuk terlahir sebagai anak Kyai, anak sopir taksi dan lain sebagainya. Namun yang paling penting Selly ketahui, bahwasanya semua orang di dunia ini bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maa-ktasabat. Nama orangtua yang baik, cukuplah kita jaga tanpa ada keinginan untuk menyamai. Selly jadi anak yang berakhlaq karimah, aktif di berbagai organisasi, berusaha meningkatkan diri, selalu hadir dalam setiap pengajian dan berbagai aktifitas lain yang bermanfaat itu sudah bisa dikatakan Selly bisa menjaga nama orangtua Selly. Yang paling penting Selly lakukan adalah meningkatkan diri di berbagai bidang tanpa beban nama orangtua. Nama orangtua Selly itu bukan tanggungjawab Selly untuk mengeksiskannya. Bahkan, keadaan hanya menuntut Selly untuk menjaganya," tuturnya ketika itu. Qolbuku yang keras bagaikan es mencair seketika. Siapa lagi kalau bukan karena laki-laki itu. Sejak itu pula, Ustadz Yusron sangat perhatian padaku. Aku sering dimotivasinya, dibangunkannya tahajjud, dibawakannya oleh-oleh dan lain-lain. Perhatian-perhatian yang diberikannya padaku, kuanggap sebagai perhatian sayang seorang kekasih kepada kekasihnya. Aku mabuk dibuatnya. Aku yang dulu masyhur dengan sebutan anak nakal karena gaya hidup yang nggak pernah nyar’i berubah drastis menjadi anak alim. Aku yang pasif menjadi aktif. Aku yang suka menghabiskan waktu buat hura-hura, berubah memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
---000---
Lamunanku buyar seketika setelah tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.. Kutatap wajahnya barang sejenak. “Oh, Reni,” tuturku kemudian. " Ada apa Sel?" tanya Reni padaku. Aku tetap saja terdiam tanpa daya kekuatan tuk menjawab. Bibir ini kelu dan kaku seolah membeku oleh dinginnya salju pengkhianatan laki-laki arif itu. Tanpa sengaja, airmata berlinang dari kedua kelopak mataku. Aku tak mampu membendungnya. Reni menatapku pilu. Didekapnya tubuhku dan diusapnya airmata yang membanjiri roman wajahku. Aku menangis sesenggukan.
Tak lama kemudian, kulepas dekapannya. "Ren, kamu mau kan aku ajak ke FORMASI?" pintaku padanya. "Tapi, kenapa Sel?" tanya Reni.
"Ustadz Yusron penipu, Ren. Ternyata dia tidak sealim yang aku bayangkan. Betapa tidak, ada SMS mesra dari seorang wanita untuk dia. Mau ditaruh mana mukaku, Ren.
Aku harus bagaimana, Ren?" curhatku kemudian.
"Gini aja, Sel," sambil menggenggam erat-erat kedua tanganku, Reni melanjutkan ucapannya, "Kamu nggak perlu ke sana. Telefon aja beliau. Tapi, ngomongnya yang pelan ya?" ajak Reni dengan sangat bijak.
Nomor demi nomor kutekan. Sesaat kemudian, “Hallo, dengan pusat bimbingan dan konseling FORMASI di sini.
Ada yang bisa kami bantu?” tutur seorang laki-laki di seberang.
“Hallo, Assalaamu’alaikum. Bisa bicara dengan Ustadz Yusron?"
"Wa’alaikumussalaam. Oh, ya benar. Saya sendiri Yusron. Ini siapa ya?"
"Saya Selly, Ustadz."
"Oh, ya. Sehat Sel?"
"Alhamdulillaah, Ustadz. Ustadz, boleh saya bertanya?"
"Ya ya. Boleh boleh. Ada apa Sel?"
"Begini Ustadz, Ustadz kehilangan HP ya?"
"Ya, benar. Kenapa?"
"Saya yang menemukan, Ustadz."
Sejenak kemudian, Ustadz Yusron terdiam dan aku semakin dibuatnya penasaran. Aku balik bertanya, "Kenapa Ustadz diam? Sebelumnya, saya minta maaf, Ustadz. Tanpa sengaja, saya membaca SMS yang sudah terbuka sebelumnya. Di situ saya membaca SMS dari seorang wanita. Kalau boleh saya tahu, siapa wanita itu Ustadz?"
Ustadz Yusron yang sejak tadi diam seribu bahasa akhirnya menjawab, "Wanita itu adalah istriku, Sel.” Aku terkejut dengan ucapan laki-laki itu. Kedua kelopak mataku mulai berkaca-kaca.
“Maaf kalau aku tidak pernah cerita ke kamu. Saya menikahinya setahun yang lalu. Sebulan lagi, dia akan menyusulku ke sini. Maafkan aku, Sel!" jelas laki-laki itu padaku.
Aku bertanya kembali, "Trus, kenapa Ustadz tidak pernah cerita ke saya? Dan kenapa Ustadz sangat perhatian kepada saya?" Airmata yang tadi hanya tertahan di kedua kelopak mataku tumpah seketika.
"Maaf, Sel. Aku kira kamu sudah tahu. Kalaulah aku memberi perhatian kepadamu, itu karena aku dan Ida ingin membuatmu berubah. Maaf, kalau ini adalah bagian dari rencanaku dan dia. Ida sendiri adalah adik iparku. Selama ini, dia sering curhat dan memintaku untuk membuatmu berubah. Karena dia sadar bahwa kamu adalah masa depan pondokmu yang juga pondok yang selama ini mendidiknya. Masa depan pondokmu ada di tanganmu, Sel. Maka dari itu, aku berusaha meyembunyikannya hingga waktu itu tiba. Namun, kamu dah tahu dulu sebelum aku cerita. Maafkan aku, Sel. Maafkan Dek Ida juga, ya?" pinta Ustadz Yusron.
Aku hanya terdiam mematung tak kuasa menjawab. Aku tak tahan. Secepat kilat, kututup receiver telefon. Aku berlari menuju kamarku. Perlahan, kubuka diary yang setia menemani memory kehidupanku di bumi anbiya' ini. Kugoreskan pena tuk luapkan suara hati ini…….
ANDAI TAKDIR BERBISIK
Andai takdir berbisik....
kabarkan diri yang kan terjadi nanti
Andai takdir berbisik....
kekecewaan takkan kumiliki
Andai takdir berbisik....
Kan kupenuhi hari dengan kebahagiaan diri
Andai takdir berbisik....
kubersiap diri tuk terima lara hati
tanpa sakit hati
tanpa sedihkan diri
tanpa derita menguasai
Namun takdir hanya Allah yang tahu...
hanya Dia yang paling mengerti...
Astaghfirullaaha-l-'adhiem....
Lara diri tuk beandai-andai
Ah....
kenapa kuberharap seperti ini?
Takdir adalah kekuatan
Takdir adalah dorongan
Takdir adalah kebaikan
Karena takdir, aku kuat....
Karena takdir, aku tabah....
Karena takdir, aku tegar....
Jangan...!
Jangan karena satu batu, kau tersungkur!
Jangan karena satu masalah, kau hancur!
Jangan karena satu penderitaan, kau gugur!
Ingat, Selly!
Masalah bukanlah suatu masalah apabila kau tak jadikannya sebagai masalah. Yang lalu biarlah berlalu, songsong hidup yang baru. Sekarang, solusi terbaik buatmu hanya satu : BE YOUR BEST! Jadilah sisi terbaik dari dirimu. Okey? Kamu bisa!!!
Ingat!
Jangan jatuh...!
Jangan hancur...!
Jangan gugur...!
Allahu akbar…allahu akbar…..suara adzan maghrib memaksaku berhenti dari menulis diary. Sesegera mungkin, kuambil air wudlu dan kutemui Dzat Yang Maha Pengasih. Dalam sujudku, kupanjatkan do'a pada-Nya: Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang meniatkan kebaikan kepada selain-Mu. Ampunilah aku yang tlah menduakan-Mu. Ampunilah diriku yang mengharapkan cinta sejati dari selain-Mu. Karena sesungguhnya Engkau adalah Maha Yang Memiliki cinta sejati. Ya, cinta sejati itu adalah milik-Mu.
0 komentar:
Posting Komentar